Komunitas penggemar manga Tokyo Revengers, membagikan beberapa penggalan wawancara dengan author manga tersebut yang berisi tentang konsep karya dan elemen yang ada di cerita karyanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Glénat pada tahun 2019, Ken Wakui mendapat pertanyaan terkait bagaimana ia memulai di industri manga. Ia pun menjawab:
“Pemicunya adalah manga Hatarakiman, yang membuatku ingin menjadi seorang penulis juga. Kemudian saya menunjukkan karya pertama saya kepada manajer redaksi Young Magazine (majalah mingguan khusus seinen)”.
Ken Wakui juga mendapat pertanyaan tentang awal mula ia masuk di industri ini. Yang mana ia jawab, “Seri pertama saya yang terbit adalah Shinjuku Swan (terbit dari 2005 hingga 2013 di Young Magazine), sebuah cerita yang berfokus pada perekrut industri seks yang bekerja di Shinjuku.

Ken Wakui kemudian ditanya lagi soal apa yang memotivasinya untuk membuat transformasi dari shonen (genre untuk pasar remaja muda ) ke seinen (genre untuk pasar orag dewasa). Ia menjawab,
“Saya selalu menyukai shonen. Ketika saya masih kecil, saya adalah penggemar serial seperti Dragon Ball atau Kaze Densetsu Bukkomi No Taku, dan saya selalu ingin mencoba genre semacam ini suatu hari nanti.”
“Jika Anda ingin menjadi seniman manga profesional di masa depan dan bertujuan untuk serialisasi mingguan, berusahalah untuk membangun nama Anda setiap minggu. Misalnya, ketika saya masih pemula, saya menggambar 30 halaman seminggu.
Tentu saja, itu sangat sulit. Namun, saya pikir pengaturan kuota seperti itu dan menyelesaikan banyak pekerjaan akan membantu saya nanti. Alih-alih khawatir sendirian, Anda harus menyadari kekuatan dan kelemahan Anda seperti yang terlihat oleh orang lain. Hal itu akan mengarah pada pertumbuhan besar dalam pekerjaan Anda berikutnya. Semoga berhasil”.
Wawancara Ken Wakui Dengan Le Monde dan ATOM:
Ken Wakui juga menceritakan pengalamannya dulu saat berada di dunia geng:
“Di sekolah menengah, saya dikeluarkan sebulan setelah masuk kelas karena perilaku buruk saya. Jadi saya mulai bekerja sebagai “host” [laki-laki setara dengan nyonya rumah] di bar wanita di daerah Shinjuku Tokyo.
Untuk Tokyo Revengers, saya ingin berbicara tentang masa ketika furyo (anggota geng) memiliki gaya. Furyo kuno adalah preman pada prinsip dan bukan uang, seperti yang sering terjadi hari ini. Menjadi anggota geng, setidaknya di zaman saya, terutama berkaitan dengan cerita rakyat, dengan penampilan. Jika kami berkelahi, itu melawan Furyo lainnya, bukan warga biasa, dengan siapa, sebaliknya, kami sopan dan hormat”.