Beberapa hari yang lalu, seorang jurnalis Prancis mencuit ketidakpuasannya atas makanan yang tersaji oleh Media Press Center (MPC) di acara Olimpiade Tokyo 2020. Isi makanan tersebut terdiri dari daging seperti karet, roti dingin, dan penyajian ala kadarnya. Semua itu memiliki harga 1.600 yen (IDR 209K).
Roti dingin bukanlah pemandangan yang langka di Jepang, di mana makanan dingin lebih banyak peminatnya daripada negara lain. Tetapi penggunaan kata-kata “karet” dan “ala kadarnya” tidaklah sering untuk menggambarkan makanan di sini. Terlepas dari apakah itu dari restoran mewah atau toserba.
Melansir Soranews, mereka mewawancarai seorang pekerja McDonald’s Jepang. Ia menceritakan sebuah serangan panik karena disebabkan ketika seseorang memesan burger teriyaki, makanan tersebut susah untuk ditata dengan rapi.
Perbandingan Makanan di MPC dengan Tempat yang Lain
Jika hal itu tidak cukup sebagai perbandingan, silahkan lihat di bawah ini. Ini adalah makanan penjara khas Jepang yang jauh lebih besar dan tersaji dengan lebih baik daripada makanan yang terlihat di MPC, dengan biaya hanya 800 yen (IDR 104K).

Orang-orang dari luar Jepang mungkin tidak melihat ini sebagai masalah besar, tetapi ini sebenarnya cukup berlebihan jika membandingkan dengan kasus yang serupa di Jepang.
Contoh lain seperti sebuah makanan & minuman yang terjual di Tokyo Disnyland. Sebotol Coke di sana hanya seharga 200 yen (IDR 26K). Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan sandwich telur dan ayam teriyaki berbentuk Jack Skellington bersama dengan beberapa jeli anggur dan minuman dengan harga yang lebih masuk akal daripada yang ada pada MPC.

Selain itu, terdapat fakta bahwa MPC yang terletak di sana terkenal oleh netizen karena konvensi Comiket dua tahunannya, yang membentuk seperti awan di langit-langit karena saking panasnya dari banyak kerumunan.
Banyak orang yang sering melihat Bight Sight telah bersaksi di komentar tersebut, bahwa harga sebelumnya tidak seperti itu.
Komentar mereka tentang MPC
“Ini seperti mesin penjual otomatis yang Anda temukan di puncak gunung.”
“Saya pikir mesin puncak gunung adalah 300 yen ($2,72).”
“Bahkan di jebakan turis itu tidak banyak, dan Coca-Cola seharusnya menjadi sponsor.”
“Diam teman-teman… Kita butuh uangnya.”
“Aku belum pernah melihatnya semahal itu di Big Sight.“
“Mereka akan memeras setiap yen yang mereka bisa.”
“Kelihatannya mahal bagi kami, tetapi datang dari negara lain mungkin tidak terlalu diperhatikan orang.“
Seperti pernyataan pada komentar terakhir, siapa pun yang menetapkan harga tersebut mungkin mengandalkan daya beli Jepang yang terkenal rendah selama sekitar setengah dekade terakhir, dan mengira orang-orang dari luar negeri tidak akan menyadari kenaikan di atas rata-rata.
Misalnya, menurut The Economist “Big Mac Index”, sebuah Big Mac di Jepang berharga 37,2 persen lebih murah daripada di AS. Jadi meskipun harganya tiba-tiba berlipat ganda di Jepang, seseorang yang berkunjung dari Amerika mungkin tidak akan peduli.
Karena semua orang yang bekerja tersebut adalah jurnalis lapangan, mereka kemungkinan akan memiliki semacam aturan untuk uang harian dengan organisasi mereka. Jadi intinya, kenaikan harga ini mereka harapkan keluar dari kantong konglomerat media besar daripada para jurnalis/orang itu sendiri. (istilah di Indonesia itu uang makan).
Sumber : SoraNews24, Tokyo Sports, The Economist, My Game News Flash